Tidak tampak..bukan berarti tidak ada..

Wednesday, December 09, 2009

Spirit Hajar

''Jangan sekadar memutar, berdoa, dan berkeringat. Jadilah seolah Siti Hajar, lalu rasakan dan endapkan dalam dirimu spiritnya," pesan seorang sahabat melalui pesan singkatnya, beberapa hari menjelang keberangkatan saya ke Tanah Suci. Yang dia pesankan, bukan tentang ritual wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, atau melontar jumrah di Mina. Dia menekankan pada thawaf dan sai, atau rangkaian setelah lepas dari prosesi Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina).

Mengapa Siti Hajar? Ibadah haji sesungguhnya adalah ritual yang dilakukan untuk menapak tilas dan memperingati kebesaran Nabi Ibrahim AS beserta Hajar, istrinya dan Ismail AS, anak mereka. Lebih sempit lagi, adalah penghargaan bagi Hajar, budak hitam asal Ethiopia yang menjadi istri manusia agung, Ibrahim AS, dan ibu dari anak yang berbakti, Ismail AS.

Hajar, seperti disebut pada banyak literatur, adalah simbol wanita yang teralienasi lingkungan sosialnya. Ia seorang manusia yang ditolak oleh sistem sosial di zamannya, tanpa kelas, hidup mengelana jauh dari negeri asalnya, dan sebatang kara. Ia perempuan hitam, simbol manusia kasta terendah pada eranya. Dia seorang asing yang terbuang dan dibenci.

Spirit Hajar adalah spirit perlawanan terhadap segala sekat yang membatasi dan mengungkung dirinya. Dia ibu baru Ismail adalah anak pertamanya yang tiba-tiba harus menjadi single parent di padang pasir yang tandus pula. Tak ada makanan dan pepohonan untuk berteduh. Hanya ada sekantong air yang mulai menipis, bahkan habis tak lama setelah kedatangannya, dan bayi merah buah cintanya bersama Ibrahim AS.

Perintah Allah membuat Ibrahim meninggalkannya bersama Ismail AS di sebuah lembah tandus tak berpenghuni bernama Bakkah atau Makkah. Satu-satunya 'tetangga'nya saat itu adalah sisa-sisa pondasi yang diyakini sebagai Rumah Tuhan, Baitullah.

Hajar ikhlas menerima takdirnya, tapi tidak lantas menjadi cengeng dan mengasihani diri sendiri. Ia tidak duduk termangu, menangis, dan menghujat Tuhannya. Atau mentangmentang merasa dicintai Tuhannya, maka diam terpaku menunggu keajaiban turun dari langit. Tidak demikian, saudara.

Cintanya pada Allah membawanya pasrah pada kehendak-Nya yang mutlak, tapi tanggung jawabnya sebagai ibu membuatnya harus melakukan satu langkah untuk menyelamatkan diri. Dan terlebih, anak yang menjadi titipan Tuhannya.

Maka ia berlari mencari air, sumber hidup. Benda ini sungguh menjadi barang mewah di tengah padang pasir yang tandus. Tangis bayinya menyemangati langkah bergegas kakinya.

Hingga tak sadar, ia bolak balik pada rute yang sama antara Bukit Shafa dan Marwah hanya demi menemukan setitik air. Dia dahaga, bayinya pun juga. Air susunya telah lama mengering.

Pada putaran ketujuh, ia lelah. Bayinya masih meronta. Tiba-tiba dia mendengar suara gemuruh dari lembah tempat dia meninggalkan Ismail.

Dia berlari menuju anaknya, dan mendapati mata air memancar dekat buah hatinya berbaring. Ia berteriak penuh suka cita, Zummi, zummi! (berkumpullah air, berkumpul!) Di lembah gersang itu, Allah mengirimkan sumber kehidupan; air. Kelak kemudian hari, pancaran air itu menjadi sebuah sumur yang mata air-nya tak pernah kering hingga hari ini, sumur Zamzam.

Melalui Hajar, Allah seolah menyodorkan bukti bahwa sekat sosial dan gender tak ada artinya. Iman dan ketakwaan, lebih di atas segalanya. Dari seorang budak hitam, lahirlah seorang mulia. Berkat Hajar pula, lembah sunyi Bekkah menjelma menjadi sebuah kota. Budak perempuan Ethiopia itu menjadi titik mula sebuah peradaban!

Saya mengamini apa yang diungkapkan Saparinah Sadli, salah satu pendiri Komnas Perempuan, tentang Hajar. Menurutnya, keteguhan hati Siti Hajar merupakan contoh bagaimana dalam kondisi menghadapi kesulitan kehidupan, perempuan yang kerap dianggap "kurang" dibandingkan dengan laki-laki ternyata mampu bertahan dan mencari alternatif solusi, meski sendiri. Ia menjadi cermin tentang apa yang dilakukan perempuan sering kali dianggap biasa meskipun apa yang dilakukannya adalah luar biasa.
Hajar adalah sosok perempuan yang menerima keputusan Tuhan dan menghadapi cobaan hidup de ngan keteguhan hati luar biasa. Dia pejuang hak hidup manusia yang pa ling gigih yang pernah ada di zamannya.

Usai sai, saya kembali menengok ke arah Ka'bah. Kembali melihat Hijr Ismail yang penuh sesak dipadati jamaah yang melakukan shalat sunah. Pagar melengkung setinggi dada hampir tak terlihat. Di situlah perempuan luar biasa berabad lampau beristirahat dalam damai, di sisi rumah Tuhan-nya.

Ya Allah, berilah hamba hati dan semangat yang tak bertepi, seperti Hajar!

Siwi Tri Puji Budiwiyati
Republika-Jurnal Haji- Kabar dari Tanah suci-Rabu, 09 Desember 2009

Thursday, December 03, 2009

Bersama Kesulitan ada Kemudahan

Beberapa hari yang lalu 2 orang kawan SMA berkunjung ke rumah untuk ngasih undangan pernikahan, sekalian ngobrol..Seneng rasanya pas tau kehidupan salah seorang dari mereka sangat baik: mencapai kesuksesan dalam karirnya, cita-citanya untuk membahagiakan kedua orang tuanya tercapai, bahkan dia dan pasangannya sendiri yang membiayai biaya pernikahan mereka..Celetukan-celetukan mengiri sempat mewarnai perbincangan kami, tapi oleh kawanku itu diingatkan:
jangan liat enaknya aja, sebenernya sebelum kebahagiaan menghampiri ada ujian berat yang harus dihadapi..pada saat itu rasanya sedih, gamang, takut, berat&hampir hilang harapan campur jadi satu..tapi kemudian pasrah, meluruskan niat& berdoa agar pilihan yang diambil bisa membawa kepada keadaan yang lebih baik. Semua dimulai dari titik nol. Jadi kalau sekarang banyak orang yang ingin dengan kesenangan yang dia peroleh, mereka seharusnya jangan melupakan kesulitan yang harus dihadapi dan menyiapkan diri dulu untuk menghadapi kesulitan2 tersebut.
Jadi, apakah kita akan mengiri juga dengan kesulitan orang lain? Kita seringkali melupakan kesulitan dibalik kemudahan seseorang..Bukan hal yang salah mengagumi keberhasilan seseorang, tapi yang lebih utama untuk dikagumi adalah proses yang menyertai keberhasilan itu. Dibalik proses itu ada kerja keras, optimisme, kepasrahan yang menjadi energi untuk terus berusaha mencari jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi.

Dalam surat Alam Nasyrah ayat 5-6 disebutkan:
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan: Salah satu sunnah Allah yang bersifat umum dan konsisten yaitu “setiap kesulitan pasti disertai atau disusul oleh kemudahan selama yang bersangkutan bertekad untuk menanggulanginya”. Ayat ini memesankan agar setiap orang berusaha mencari peluang pada setiap tantangan dan kesulitan yang dihadapi. Manusia dituntut untuk berusaha menemukan segi-segi positif yang dapat dimanfaatkan dari setiap kesulitan, karna bersama setiap kesulitan terdapat kemudahan.